Selasa, 16 November 2010

Søren Aabye Kierkegaard

Saya akan menuliskan tentang seorang filsuf, yang cukup mengispirasikan saya dalam hidup ini, dia adalah :


Søren Aabye Kierkegaard



1.    Riwayat Hidup
Søren Aabye Kierkegaard adalah seorang filsuf pada abad ke-19. Dia lahir pada tanggal 5 Mei 1813 di Kopenhagen, Denmark dan meninggal dunia tanggal 11 November 1855 saat berumur 42 tahun.  saat ini soren dianggap sebagai bapak filsuf eksistensialisme. Ajarannya beraliran eksistensialisme dan dia sangat bertentangan dengan Hegelian. Ayah dari Søren Kierkegaard bernama Michael Pedersen Kierkegaard, adalah seseorang yang sangat taat terhadap agama. Dia yakin bahwa ia telah dikutuk Tuhan, dan karena itu ia percaya bahwa tak satupun dari anak-anaknya akan mencapai umumr melebihi usia Yesus Kristus, yaitu 33 tahun. Pekerjaan ayahnya sebagai pedagang grosir yang menjual kain, pakaian, dan makanan. Awal mula Søren Kierkegaard mempelajari ilmu filsafat ketika ia bersekolah di sekolah khusus kaum lelaki di Borgerdydskolen. Sedangkan ibu Søren Kierkegaard bernama Anne Sørensdatter Lund Kierkegaard.

Søren Kierkegaard merupakan anak terakhir dari ketujuh bersaudaranya. Banyak dari saudara-saudaranya yang meninggal dunia ketika di usia muda. Ayah Kierkegaard meninggal dunia pada 9 Agustus 1838 pada usia 82 tahun. Sebelum ayahnya meninggal dunia, ayahnya meminta Søren agar menjadi pendeta. Saat itu Søren sangat merasa terbebani dengan permintaan dari ayahnya.
Regine Olsen sangat memiliki pengaruh yang cukup besar dalam hidup Søren, Regine merupakan orang yang dicintai oleh Søren. Søren berjumpa dengan Regine pada 8 Mei 1837 dan segera tertarik kepadanya, begitupun sebaliknya dengan Regine. Hingga akhirnya pada tanggal 8 September 1840, Søren resmi menikahi Regine. Namun pada akhirnya Søren merasakan kecewa dan melankolis dengan pernikahannya. Kurang dari satu tahun pernikahannya ia pun menyelesaikan pernikahannya dengan Regine. Dalam catatannya, Søren mengatakan bahwa sifat melankolis yang dimilikinya membuatnya tidak cocok untuk menikah. Walaupun sampai dia meninggal alasan mengapa dia menyelesaikan pernikahannya tidak jelas.


2.    Karya-karya Søren Aabye Kierkegaard

  • Fear and Trembling (Frygt og Baeven) – 1844

Diambil dari contoh pegorbanan Ishak oleh Abraham. Yang dimaksudkan oleh
Søren adalah ajaran atau kepercayaan bahwa segala tindakan disebabkan karena adanya tujuan yang ingin dicapai. Sampai akhirnya Søren befikir bahwa ini seperti tidak masuk akal karena manusia harus menaati perintah Allah. Namun itu merupakan ketaatan manusia kepada Allah

  • Either/Or (Enten/Eller) – 1843

Buku ini terdiri dari dua bagian yang mempertentangkan pandangan hidup yang estetis dengan yang etis. Karya yang panjang ini menampilkan catatan-catatan pribadi milik
Søren. Karyanya yang ini berfungsi baik sebagai kritik ataupun parodi terhadap filsafat dari Hegelian.
                                                             
  • Works Of Love (Kjerlighedens Gjerninger) – 1846

      Sebuah buku yang meneliti perintah "Kasihilah sesamamu seperti kau mengasihi dirimu sendiri'. karyanya ini menjelaskan akan kekuatan cinta. Bagaiomana manusia mecintai sesame, dan bagaimana cinta sejati tanpa keegoisan, yang mungkin hanya terjadi antara manusia dan Tuhan.



3.    Ajaran dari Søren Aabye Kierkegaard

Ajaran yang diberikan oleh Søren adalah mengenai eksistensialisme. Yang artinya adalah sebuah kebebasan yang bertanggung jawab, hal ini berpusat pada manusia individu. Kebebasan ini sering ditemukan oleh manusia. Karena setiap manusia menginginkan adnaya sebuah kebebasan tanpa memikirkan yang mana yang benar dan yang tidak benar. Sesungguhnya bukan mereka tidak memikirkan hal tersebut, melainkan mereka mengetahui batas kebebasannya masing-masing. Karena kebebasan bersifat relatif. Søren juga dikenal akan filsuf yang mengajarkan akan kecemasan dan keputusasaan eksistensial.
Eksistensialisme mempersoalkan akan adanya keberdaan manusia, dan keberadaan itu yang dating dari kebebasan. Lalu apakah kebebasan itu? Dan bagaimana yang bebas itu? Kebebasan yang dimaksudkan adalah sebuah kebebasan yang bertanggung jawab, dimana setiap manusia mengetahui dimana kebebasan mereka. Membuat sebuah pilihan atas dasar keinginan sendiri, dan sadar akan tanggung jawabnya dimasa depan adalah maksud dari eksitensialisme.
Søren menggambarkan tentang eksistensialisme manusia dalam perkembangan religius. Dari apa yang disebutkan Søren tahap estetis, tahap etis, hingga tahapan religius. Tahapan estetis adalah tahapan pertama ketika manusia berada dalam pandangan kesenangan terhadap indrawi, dimana manusia mencari kesenangan mereka masing-masing. Tahapan selanjutnya merupakan pada saat manusia terjun ke dalam keberadaan itu dengan mulai mempertimbangkan hal yang benar dan salah. Lalu tahapan yang terkahir adalah tentang keimanan. Disini Søren menempatkan Abraham sebagai tolak ukur akan keimanan. Dalam hal ini kita tidak dapat membedakan mana yang salah dan benar, karena dalam keimanan ini adalah hubungan langsung manusia dengan Allah. Søren pun tidak dapat mengkategorikannya, karena menurutnya ini dinilai begitu tidak umum.
Ajaran-ajaran Søren  baru terkenal setelah berpuluh-puluh tahun setelah kematiannya. Karyanya tersebar di daerah Eropa, khususnya di daerah Denmark. Namu saat itu Gereja-Gerejad di sekitar Denmark menolak akan adanya karya-karya Søren. Karena ada pengaruh akan karya yang dibuat oleh Søren  yang berjudul “Fear and Trembling”. Namun pada abad ke 20-an banyak filsuf yang ternyata menggunakan konsep Søren, mengenai pemahaman kecemasan, dan keputusasaan serta pentingnya individu manusia.
Søren sangat bertentangan akan ajaran dari Hegelian. Sehingga dia sering menjadi kritikus akan ajaran Hegel. Pemikiran, sebagai kritik atas Hegel, menekankan pada aspek subjektivisme. Hal ini akan membuat individu melupakan tanggung jawab pribadinya secara etis, bahkan akan menghilangkan eksistensi.

Ada sebuah kalimat dari Søren Aabye Kierkegaard yang cukup menginspirasikan :
“Apa yang dibutuhkan zaman ini bukanlah seorang jenius sebab jenius sudah cukup banyak. Yang dibutuhkan adalah martir, yang rela taat hingga mati untuk mengajarkan manusia agar taat hingga mati. Apa yang dibutuhkan zaman ini adalah kebangkitan. Dan karena itu suatu hari kelak, bukan hanya tulisan-tulisan saya tetapi juga seluruh hidup saya, seluruh misteri yang membangkitkan tanda tanya tentang mesin ini akan dipelajari dan dipelajari terus. Saya tidak akan pernah melupakan bagaimana Tuhan menolong saya dan karena itu adalah harapan saya terakhir bahwa segala sesuatunya adalah untuk kemuliaan-Nya”
—Søren Kierkegaard, Journals (20 November 1847)



Referensi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar