RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY
1. Pengertian Emotive Behavior Therapy
Konseling rational emotive behavior
atau lebih tepatnya disebut rational emotive behavior therapy ( REBT)
dikembangkan oleh Albert Ellis pada tahun 1962. Rasional emotive adalah aliran
yang berusaha memahami manusia sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang
sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah
makhluk berbuat dan berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang
berarti manusia bebas, berpikir, bernafas, dan berkehendak. (Willis, 2004 : 75)
Menurut Ellis (dalam Latipun, 2001 :
92) berpandangan bahwa REBT merupakan terapi yang sangat komprehensif, yang
menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku.
Ada 3 hal yang terkait dengan perilaku, yaitu :
a)
Antecedent
event (A) merupakan peristiwa pendahulu yang berupa fakta, peristiwa, perilaku,
atau sikap orang lain.
b)
Belief
(B) adalah keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap
suatu peristiwa . Belief ada 2 yaitu rasional belief (rB) dan irrasional belief
(iB)
c)
Emotional
consequen merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu
dalam bentuk perasaan senang, hambatan emosi dalam hubungannya dengan
Antecedent event (A)
Dalam buku Psikologi konseling dan terapy, Corey memberinama REBT dengan RET. Menurut Corey (2005: 241) RET adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dengan jujur maupun untuk berpikir irrasional dan jahat.
Pendekatan
rational emotive merupakan konseling yang menekankan kebersamaan antara
berpikir dengan akal sehat (rational thinking), berperasaan (emoting), dan
berperilaku (acting), serta sekaligus menekankan bahwa suatu perubahan yang
mendalam dalam cara berpikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam
cara berperasaan dan berperilaku (Winkell, 1997 : 429).
Berdasarkan pada apa yang telah dijelaskan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa konseling REBT adalah suatu bentuk bantuan terhadap klien melalui konseling individu yang berusaha memahami manusia sebagaimana adanya yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku yang memiliki potensi untuk berpikir rasional maupun irrasional dan konseling REBT ini merubah keyakinan irrasional menjadi rasional.
Berdasarkan pada apa yang telah dijelaskan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa konseling REBT adalah suatu bentuk bantuan terhadap klien melalui konseling individu yang berusaha memahami manusia sebagaimana adanya yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku yang memiliki potensi untuk berpikir rasional maupun irrasional dan konseling REBT ini merubah keyakinan irrasional menjadi rasional.
2. Perilaku Bermasalah
Perilaku
yang salah adalah perilaku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional.
Menurut Elliz (Latipun, 2001: 95) mengemukakan indikator keyakinan irrasional
yang berlaku secara universal. Indikator-indikator orang yang berkeyakinan
irrasional tersebut sebagai berikut :
a) Pandangan bahwa suatu keharusan bagi orang dewasa untuk dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan
b)
Pandangan bahwa tindakan tertentu adalah mengerikan dan jahat, dan orang yang
melakukan tindakan demikian sangat terkutuk
c)
Pandangan bahwa hal yang mengerikan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan
pada diri kita
d)
Pandangan bahwa kesengsaraan manusia selalu disebabkan oleh faktor eksternal
dankesengsaraan itu menimpa kita melalui orang lain atau peristiwa
e)
Pandangan bahwa jika sesuatu itu (dapat) berbahaya atau menakutkan, kita
terganggu tidak akan berakhir dalam memikirkan
f)
Pandangan bahwa kita lebih mudah menghindari berbagai kesulitan hidup dan tanggung
jawab daripada berusaha untuk menghadapinya
g)
Pandangan bahwa kita secara absolut membutuhkan sesuatu dari orang lain atau
orang asing atau yang lebih besar dari pada diri sendiri sebagai sandaran
h)
Pandangan bahwa kita seharusnya kompeten, intelegen, dan mencapai dalam semua
kemungkinan yang menjadi perhatian kita
i)
Pandangan bahwa karena segala sesuatu kejadian sangat kuat pengaruhnya terhadap
kehidupan kita, hal itu akan mempengaruhi dalam jangka waktu yang tidak
terbatas
j)
Pandangan bahwa kita harus memiliki kepastian dan pengendalian yang sempurna
atas suati hal
k) Pandangan bahwa kita sebenarnya tidak mengendalikan emosi kita dan bahwa kita tidak dapat membantu perasaan yang mengganggu pikiran
k) Pandangan bahwa kita sebenarnya tidak mengendalikan emosi kita dan bahwa kita tidak dapat membantu perasaan yang mengganggu pikiran
l)
Pandangan bahwa kebahagiaan manusia dapat dicapai dengan santai dan tanpa
berbuat
Dari
penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku yang salah pada
manusia didasarkan pada cara berpikir irrasional. Cara berpikir irrasional
merupakan kenyataan hidup manusia yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman
serta proses belajar yang tidak logis yang diperoleh dari orang tua, keluarga,
masyarakat dan kebudayaan.
Nelson-Jones
(Latipun, 2001: 97) menjelaskan bahwa karakteristik cara berpikir irrasional
yang dapat dijumpai secara umum yaitu :
(a)
terlalu menuntut, hasrat, pikiran, dan keinginan yang berlebihan membuat
individu mengalami hambatan emosional;
(b)
generalisasi secara berlebihan, berarti individu mengingat sebuah peristiwa
atau keadan diluar batas-batas yang wajar;
(c)
penilaian diri, seseorang harus bisa menerima dirinya tanpa syarat;
(d)
penekanan, penekanan ini akan mempengaruhi individu dalam memandang antecedent
event secara tepat dan karena itu digolongkan sebagai cara berpikir irrasional;
(e)
kesalahan atribusi, kesalahan dalam menetapkan sebab dan motivasi perilaku baik
dilakukan sendiri, orang lain, atau sebuah peristiwa;
(f)
anti pada kenyataan, terjadi karena tidak dapat menunjukkan fakta empiris
secara tepat;
(g)
repetisi, keyakinan yang irrasional cenderung terjadi berulang-ulang.
3. Tujuan Konseling Rational Emotive
Behavior Therapy
Dalam
konteks teori kepribadian, tujuan konseling merupakan efek yang diharapkan
terjadi setelah dilakukan intervensi oleh konselor. Efek yang dimaksud adalah
keadaan psikologis yang diharapkan terjadi pada klien setelah mengikuti proses
konseling
Tujuan
konseling menurut Ellis (Latipun, 2001: 101) pada dasarnya membentuk pribadi
yang rasional, dengan jalan mengganti cara-cara berpikir yang irrasional. Ada 3
tingkatan insight yang perlu dicapai dalam REBT menurut Gilland, dkk (Latipun,
2001: 101) yaitu :
a) Pemahaman (insight) dicapai ketika klien memahami tentang perilaku penolakan diri yang dihubungkan pada penyebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang diterima yang lalu dan saat ini.
b)
Pemahaman terjadi ketika konselor membantu klien untuk memahami bahwa apa yang
mengganggu klien pada saat ini adalah karena berkeyakinan yang irrasional terus
dipelajari dan yang diperoleh sebelumnya
c)
Pemahaman dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai pemahaman
ketiga yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hambatan emosional kecuali
dengan mendeteksi dan “melawan” keyakinan yang irrasional
Menurut
Willis (2004 : 76) tujuan rational emotive behavior untuk memperbaiki dan
mengubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan klien yang
irrasional menjadi rasional, sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai
realisasi diri yang optimal, menghilangkan gangguan emosional yang dapat
merusak diri seperti benci, takut, cemas sebagai akibat yang irrasional, dan
melatih serta mendidik klien agar dapat menghadapi kenyataan hidup secara
rasional dan membangkitkan kepercayaan diri, nilai-nilai, dan kemampuan diri.
Aktivitas-aktivitas
terapeutik utama Therapy Rational Emotive dilaksanakan dengan satu maksud utama
: membantu klien untuk membebaskan diri dari gagasan-gagasan yang tidak logis
dan untuk belajar gagasan-gagasan yang logis sebagai penggantinya. Sasarannya
adalah menjadikan klien menginternalisasi suatu filsafat hidup yang rasional
sebagaimana dia menginternalisasi keyakinan-keyakinan dogmatis yang irrasional
dan takhayul yang berasal dari orang tua maupun dari kebudayaannya.
Berdasarkan
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan konseling Rational Emotive
Behavior Therapy yang utama adalah mengubah cara berpikir irrasional menjadi
cara berpikir rasional sehingga terbentuk pribadi yang rasional pada individu.
Siswa yang mempunyai sifat dan perilaku rendah diri yang dipengaruhi cara
berpikir irrasional diharapkan mampu mengubah cara berpikir irrasional tersebut
sehingga mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan meningkatkan interaksi sosial
sehingga dapat berkembang secara optimal.
4. Teknik-teknik dalam Konseling
Rational Emotive Behavior Therapy
Ellis
(Corey, 2005 : 255) menunjukkan bahwa penggunaan metode-metode terapi tingkah
laku seperti pelaksanaan pekerjaan rumah, desensitisasi, pengendalian operan,
hipnoterapi, dan latihan asertif cenderung digunakan secara aktif direktif
dimana terapis lebih banyak berperan sebagai guru daripada pasangan yang
berelasi secara intens. Teknik-teknik konseling REBT menurut Willis (2004 : 78)
adalah teknik yang berusaha menghilangkan gangguan emosional yang merusak diri
yang meliputi :
a)
assertif training, melatih dan membiasakan klien terus-menerus menyesuaikan
diri dengan perilaku tentang yang diinginkan.
b)
sosiodrama yaitu semacam sandiwara pendek tentang masalah kehidupan sosial.
c) Self modeling yaitu teknik yang bertujuan menghilangkan perilaku tertentu dimana konselor menjadi model, dan klien berjanji akan mengikuti.
c) Self modeling yaitu teknik yang bertujuan menghilangkan perilaku tertentu dimana konselor menjadi model, dan klien berjanji akan mengikuti.
d)
teknik reinforcement, memberi reward terhadap perilaku rasional atau
memperkuatnya.
e) desensitisasi sistematik merupakan teknik relaxsasi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif.
e) desensitisasi sistematik merupakan teknik relaxsasi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif.
f)
Relaxation.
g)
self control yaitu dengan mengontrol diri.
h)
diskusi;
i)
simulasi dengan bermain peran antara konselor dengan klien.
j)
homework assigment (metode tugas).
k)
bibliografi (memberi bahan bacaan).
5.
Fungsi dan Peran Terapis
Aktifitas-aktifitas therapeutic utama
Rational Emotive Therapy dilaksanakan dengan satu maksud utama, yaitu :
membantu klien untuk membebaskan diri dari gagasan-gagasan yang tidak logis dan
untuk belajar gagasan-gagasan yang logis sebagai penggantinya. Sasarannya
adalah menjadikan klien menginternalisasi suatu filsafat hidup yang rasional
sebagaimana dia menginternalisasi keyakinan-keyakinan dagmatis yang rasional
dan takhyul yang berasal dari orang tuanya maupun dari kebudayaannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, terapis memiliki
tugas-tugas yang spesifik yaitu :
1.
Mengajak
klien untuk berpikir tentang beberapa gagasan dasar yang irasional yang telah
memotivasi banyak gangguan tingkah laku.
2.
Menantang
klien untuk menguji gagasan-gagasannya.
3.
Menunjukkan
kepada klien ketidaklogisan pemikirannya.
4.
Menggunakan
suatu analisis logika untuk meminimalkan keyakinan-keyakinan irasional klien.
5.
Menunjukkan
bahwa keyakinan-keyakinan itu tidak ada gunanya dan bagaimana
keyakinan-keyakinan akan mengakibatkan gangguan-gangguan emosional dan tingkah
laku di masa depan.
6.
Menggunakan
absurditas dan humor untuk menghadapi irasionalitas pikiran klien
7.
Menerangkan
bagaimana gagasan-gagasan yang irasional bisa diganti dengan gagasan-gagasan
yang rasional yang memiliki landasan empiris, dan
8.
Mengajari
klien bagaimana menerapkan pendekatan ilmiah pada cara bepiki sehingga klien
bisa mengamati dan meminimalkan gagasan-gagasan iasional dan
kesimpulan-kesimpulan yang tidak logis sekaang maupun masa yang akan datang,
yang telah mengekalkan cara-cara merasa dan berperilaku yang merusak diri.
Catherina
Ulyartha Elisabeth
11510524 / 3 PA
01
DAFTAR
PUSTAKA
Corey Gerald. 2003. Teori dan Praktek
Konseling dan Psikoterapi. Terjemahan E.Koeswara. Bandung: Refika Aditama.
Latipun. 2001.
Psikologi Konseling. Malang: UMM Pres.
Willis, S. Sofyan. 2004. Konseling
Individual Teori dan Praktek. Bandung : CV. Alfabeta.
Anonim. http://shi-senhikari.blogspot.com/2011/12/bimbingan-dan-konseling-rational.html
diakses pada tanggal 19 April 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar