Catherina Ulyartha
Elisabeth
3 PA 01 / 11510524
ANALISIS
TRANSAKSIONAL
Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. AT dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.
AT dikembangkan
oleh Eric Berne tahun 1960. Dalam mengembangkan pendekatan ini Eric Berne
menggunakan berbagai bentuk permainan antara orang tua, orang dewasa dan anak.
Dalam eksprerimen yang dilakukan Berne mencoba meneliti dan menjelaskan
bagaimana status ego anak, orang dewasa dan orang tua, dalam interaksi satu
sama lain, serta bagaimana gejala hubungan interpersonal ini muncul dalam
berbagai bidang kehidupan seperti misalnya dalam keluarga, dalam pekerjaan,
dalam sekolah, dan sebagainya.
Dari eksperimen
ini Berne mengamati bahwa kehidupan sehari-hari banyak ditentukan oleh
bagaimana ketiga status ego (anak, dewasa, dan orang tua) saling berinteraksi
dan hubungan traksaksional antara ketiga status ego itu dapat mendorong
pertumbuhan diri seseorang, tetapi juga dapat merupakan sumber-sumber gangguan
psikologis.
Konsep Dasar
Analisis
Transaksional berakar dalam suatu filsafat anti deterministik yang memandang
bahwa kehidupan manusia bukanlah suatu yang sudah ditentukan. Analisis
Transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami
keputusan-keputusan pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan
kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil. Berne
dalam pandangannya meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk memilih
dan, dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya.
Kata transaksi
selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi
antarpribadi pun dikenal transaksi, yang dipertukarkan adalah pesan pesan baik
verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya bertujuan untuk
mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-siapa yang terlibat di
dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).
Berne mengajukan
tiga jenis transaksi antarpribadi yaitu:
·
transaksi
komplementer,
·
transaksi
silang,
·
dan
transaksi tersembunyi
Berne juga
mengajukan rekomendasinya untuk posisi dasar seseorang jika berkomunikasi antarpribadi
secara efektif dengan orang lain. Ada empat posisi yaitu :
1. Saya OK, kamu OK (I’m OK.,
you’re OK)
2. Saya OK, kamu tidak OK (I’m
OK, you’re not OK)
3. Saya tidak OK, kamu OK (I’m
not OK, yo/ire OK)
4. Saya tidak OK, kamu tidak OK (I’m
not OK, you’re not OK).
Tujuan Terapi
Tujuan utama dari
AT adalah membantu klien dalam membuat keputusan-keputusan baru yang
berhubungan tingkah lakunya saat ini dan arah hidupnya. Sedangkan sasarnya
adalah mendorong klien agar menyadari, bahwa kebebasan dirinya dalam memilih
telah dibatasi oleh ketusan awal mengenai posisi hidupnya serta pilihan
terhadap cara-cara hidup yang stagnan dan deterministik. Menurut Berne (1964)
dalam Corey (1988) bahwa tujuan dari AT adalah pencapaian otonom yang
diwujudkan oleh penemuan kembali tiga karakteristik; kesadaran, spontanitas,
dan keakraban.
Penekanan terapi adalah menggantikan gaya
hidup yang ditandai oleh permainan yang manipulatif dan oleh skenario-skenario
hidup yang menyalahkan diri dan gaya hidup otonom ditandai dengan kesadaran
spontanitas dan keakraban. Menurut Haris (19967) yang dikutip dalam Corey
(1988) tujuan pemberian treatment adalah menyembuhkan gejala yang timbul dan
metode treatment adalah membebaskan ego Orang Dewasa sehingga bisa mengalami
kebebasan memilih dan penciptaan pilihan-pilihan baru atas pengaruh masa lampau
yang membatasi. Tujuan terapeutik, dicapai dengan mengajarkan kepada klien
dasar-dasar ego Orang Tua, ego Orang Dewasa, dan ego Anak. Para klien dalam
setting kelompok itu belajar bagaimana menyadari dan menjabarkan ketiga ego
selama ego-ego tersebut muncul dalam transaksi-transaksi kelompok.
Fungsi dan Peran Terapis
Harris (1967)
yang dikutip dalam Corey (1988) memberikan gambaran peran terapis, seperti
seorang guru, pelatih atau nara sumber dengan penekanan kuat pada keterlibatan.
Sebagai guru, terapis menerangkan konsep-konsep seperti analisis struktural,
analisis transaksional, analisis skenario, dan analisis permainan. Selanjutnya
menurut Corey (1988), peran terapis yaitu membantu klien untuk membantu klien
menemukan suasana masa lampau yang merugikan dan menyebabkan klien membuat
keputusan-keputusan awal tertentu, mengindentifikasikan rencana hidup dan
mengembangkan strategi-strategi yang telah digunakannya dalam menghadapi orang
lain yang sekarang mungkin akan dipertimbangkannya. Terapis membantu klien
memperoleh kesadaran yang lebih realistis dan mencari alternatif-alternatif
untu menjalani kehidupan yang lebih otonom.
Terapis
memerlukan hubungan yang setaraf dengan klien, menunjuk kepada kontrak terapi,
sebagai bukti bahwa terapis dan klien sebagai pasangan dalam proses terapi.
Tugas terapi adalah, menggunakan pengetahuannya untuk mendukung klien dalam
hubungannya dengan suatu kontrak spesifik yang jelas diprakarsai oleh klien.
Konselor memotivasi dan mengajari klien agar lebih mempercayai ego Orang
Dewasanya sendiri ketimbang ego Orang Dewasa konselor dalam memeriksa
keputusan–keputusan lamanya serta untuk membuat keputusan-keputusan baru.
Hubungan Konselor
Dengan Klien
Pelaksanaan
terapi AT beradasarkan kontrak, kontrak tersebut menjelaskan keinginan klien
untuk berubah, di dalam kontrak berisi kesepakatan-kesepakatan yang spesifik,
jelas, dan ringkas. Kontrak menyatakan apa yang dilakukan oleh klien, bagaimana
klien melangkah ke arah tujuan-tujuan yang telah ditetapkannya dan kapan
kontrak tersebut akan berakhir. Kontrak dapat diperpanjang, konselor akan
mendukung dan bekerja sesuai kontrak yang telah menjadi kesepakatan bersama.
Pentingnya keberadaa kontrak, karena umumnya dalam terapi, klien seringkali
keluar dari kesepakatan awal. Menyimpang, cenderung memunculkan masalah-masalah
baru, bersikap pasif, dan dependen akibatnya proses penyembuhan membutuhkan
tambahan waktu. Dengan adanya kontrak maka kewajiban tanggungjawab bagi klien
semakin jelas, membuat usaha klien untuk tidak keluar pada kesepakatan dan
komitmen untuk penyembuhan tetap menjadi perhatian, maka klien menjadi fokus
pada tujuan-tujuan sehingga proses penyembuhan akan semakin cepat. Maksud dari
kontrak lebih spesifik, yaitu menyepakati cara-cara yang sesungguhnya digunakan
dalam terapi yang disesuikan dengan kebutuhan klien dengan memperhatikan apakah
untuk individu atau kelompok.
Sumber Bacaan
Corey, Gerald. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. PT Eresco. Jakarta.
Mu'tadin, Zainun. 2002. Mengenal Mekanisme Pertahanan Diri http://www.e-psikologi.com
Wikipedia, the free encyclopedia. 2009. Aperseption, Copyright © 2009 url:http://en.wikipedia.org/wiki/aperseption.
http://iqbalmarisali.blogspot.com/2010/01/mengenal-analisis-transaksional-dalam.html
diakses tanggal 12 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar