Catherina
Ulyartha Elisabeth
3PA01/11510524
PSIKOTERAPI
TERAPI PERILAKU (BEHAVIOUR THERAPY)
Terapi perilaku
(Behaviour therapy, behavior modification) adalah pendekatan untuk psikoterapi
yang didasari oleh Teori Belajar (learning theory) yang bertujuan untuk
menyembuhkan psikopatologi seperti; depression, anxiety disorders, phobias,
dengan memakai tehnik yang didisain menguatkan kembali perilaku yang diinginkan
dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.
SEJARAH
PERKEMBANGAN TERAPI PERILAKU
Watson dkk selama
1920 melakukan pengkondisian (conditioning) dan pelepasan kondisi
(deconditioning) pada rasa takut, merupakan cikal bakal terapi perilaku
formal. Pada tahun 1927, Ivan Pavlov terkenal dengan percobaannya pada
anjing dengan memakai suara bell untuk mengkondisikan anjing bahwa bell =
makanan, yang kemudian dikenal juga sebagai Stimulus dan Respon.
Terapi perilaku
pertama kali ditemukan pada tahun 1953 dalam proyek penelitian oleh BF Skinner,
Ogden Lindsley, dan Harry C. Salomo. Selain itu termasuk juga Wolpe Yusuf dan
Hans Eysenck.
Secara umum,
terapi perilaku berasal dari tiga Negara, yaitu Afrika Selatan (Wolpe), Amerika
Serikat (Skinner), dan Inggris (Rachman dan Eysenck) yang masing-masing
memiliki pendekatan berbeda dalam melihat masalah perilaku. Eysenck memandang
masalah perilaku sebagai interaksi antara karakteristik kepribadian,
lingkungan, dan perilaku.
Skinner dkk. di
Amerika Serikat menekankan pada operant conditioning yang menciptakan sebuah
pendekatan fungsional untuk penilaian dan intervensi berfokus pada pengelolaan
kontingensi seperti ekonomi dan aktivasi perilaku.
Ogden Lindsley
merumuskan precision teaching, yang mengembangkan program grafik (bagan
celeration) standar untuk memantau kemajuan klien. Skinner secara pribadi lebih
tertarik pada program-program untuk meningkatkan pembelajaran pada mereka
dengan atau tanpa cacat dan bekerja dengan Fred S. Keller untuk mengembangkan
programmed instruction.
Program ini
dicoba ke dalam pusat rehabilitasi Aphasia dan berhasil. Gerald Patterson
menggunakan program yang sama untuk mengembangkan teks untuk mengasuh anak-anak
dengan masalah perilaku.
Tujuan:
Tujuan umum
terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar.
Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned),
termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik learned, maka
ia bisa unlearned (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif
bisa diperoleh. Terapi tingkah laku pada hakikatnya terdiri atas proses
penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan pemberian
pengalaman-pengalaman belajar yang di dalamnya terdapat respons-respons yang
layak, namun belum dipelajari;
- Meningkatkan perilaku, atau
- Menurunkan perilaku
- Meningkatkan perilaku:
- Reinforcement positif: memberi penghargaan thd perilaku
- Reinforcement negatif: mengurangi stimulus aversi
- Mengurangi perilaku:
- Punishment: memberi stimulus aversi
- Respons cost: menghilangkan atau menarik reinforcer
- Extinction: menahan reinforcer
Teori
dasar Metode Terapi Perilaku
- Perilaku maladaptif dan kecemasan persisten telah dibiasakan (conditioned) atau dipelajari (learned)
- Terapi untuk perilaku maladaptif adalah dg penghilangan kebiasaan (deconditioning) atau ditinggalkan (unlearning)
- Untuk menguatkan perilaku adalah dg pembiasaan perilaku (operant and clasical conditioning)
Fungsi
dan Peran Terapis
Terapis tingkah
laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment, yakni
terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan masalah-masalah
manusia, para kliennya. Terapi tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru,
pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam
menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada
tingkahlaku yang baru dan adjustive.
Hubungan
antara Terapis dan Klien
Pembentukan
hubungan pribadi yang baik adalah salah satu aspek yang esensial dalam proses
terapeutik, peran terapis yang esensial adalah peran sebagai agen pemberi
perkuatan. Para terapis tingkah laku menghindari bermain peran yang dingin dan
impersonal sehingga hubungan terapeutik lebih terbangun daripada hanya
memaksakan teknik-teknik kaku kepada para klien. .
Bentuk
bentuk terapi Perilaku
1.
Sistematis Desensitisasi, adalah jenis terapi perilaku yang digunakan
dalam bidang psikologi untuk membantu secara efektif mengatasi fobia dan
gangguan kecemasan lainnya. Lebih khusus lagi, adalah jenis terapi
Pavlov/terapi operant conditioning therapy yang dikembangkan oleh psikiater
Afrika Selatan, Joseph Wolpe.
Dalam metode ini,
pertama-tama klien diajarkan keterampilan relaksasi untuk mengontrol rasa takut
dan kecemasan untuk fobia spesifik. Klien dianjurkan menggunakannya untuk
bereaksi terhadap situasi dan kondisi sedang ketakutan. Tujuan dari proses ini
adalah bahwa seorang individu akan belajar untuk menghadapi dan mengatasi
phobianya, yang kemudian mampu mengatasi rasa takut dalam phobianya.
Fobia spesifik
merupakan salah satu gangguan mental yang menggunakan proses desensitisasi
sistematis. Ketika individu memiliki ketakutan irasional dari sebuah objek,
seperti ketinggian, anjing, ular, mereka cenderung untuk menghindarinya.
Tujuan dari
desensitisasi sistematis untuk mengatasi ini adalah pola memaparkan pasien
bertahap ke objek fobia sampai dapat ditolerir.
2.
Exposure and Response Prevention (ERP), untuk berbagai gangguan kecemasan,
terutama gangguan Obsessive Compulsive. Metode ini berhasil bila efek
terapeutik yang dicapai ketika subjek menghadapi respons dan menghentikan
pelarian.
Metodenya dengan
memaparkan pasien pada situasi dengan harapan muncul kemampuan menghadapi
respon (coping) yang akan mengurangi mengurangi tingkat kecemasannya.
Sehingga pasien bisa belajar dengan menciptakan coping strategy terhadap
keadaan yang bisa menyebabkan kecemasan perasaan dan pikiran. Coping
strategy ini dipakai untuk mengontrol situasi, diri sendiri dan yang lainnya untuk
mencegah timbulnya kecemasan.
3.
Modifikasi perilaku, menggunakan
teknik perubahan perilaku yang empiris untuk memperbaiki perilaku, seperti
mengubah perilaku individu dan reaksi terhadap rangsangan melalui penguatan
positif dan negatif.
Penggunaan
pertama istilah modifikasi perilaku nampaknya oleh Edward Thorndike pada tahun
1911. Penelitian awal tahun 1940-an dan 1950-an istilah ini digunakan oleh
kelompok penelitian Joseph Wolpe, teknik ini digunakan untuk meningkatkan
perilaku adaptif melalui reinforcement dan menurunkan perilaku maladaptive
melalui hukuman (dengan penekanan pada sebab).
Salah satu cara
untuk memberikan dukungan positif dalam modifikasi perilaku dalam memberikan
pujian, persetujuan, dorongan, dan penegasan; rasio lima pujian untuk setiap
satu keluhan yang umumnya dipandang sebagai efektif dalam mengubah perilaku
dalam cara yang dikehendaki dan bahkan menghasilkan kombinasi stabil.
4.
Flooding, adalah
teknik psikoterapi yang digunakan untuk mengobati fobia. Ini bekerja dengan
mengekspos pasien pada keadaan yang menakutkan mereka. Misalnya ketakutan
pada laba laba (arachnophobia ), pasien kemudian dikurung bersama
sejumlah laba laba sampai akhirnya sadar bahwa tidak ada yang terjadi.
Banjir ini
diciptakan oleh psikolog Thomas Stampfl pada tahun 1967. Flooding adalah bentuk
pengobatan yang efektif untuk fobia antara lain psychopathologies. Bekerja pada
prinsip-prinsip pengkondisian klasik-bentuk pengkondisian Pavlov klasik-di mana
pasien mengubah perilaku mereka untuk menghindari rangsangan negatif.
Tehnik
Terapi:
- Mencari stimulus yang memicu gejala gejala
- Menaksir/analisa kaitan kaitan bagaimana gejala gejala menyebabkan perubahan tingkah laku klien dari keadaan normal sebelumnya.
- Meminta klien membayangkan sejelas jelasnya dan menjabarkannya tanpa disertai celaan atau judgement oleh terapis.
- Bergerak mendekati pada ketakutakan yang paling ditakuti yang dialami klien dan meminta kepadanya untuk membayangkan apa yang paling ingin dihindarinya, dan
- Ulangi lagi prosedur di atas sampai kecemasan tidak lagi muncul dalam diri klien.
5.
Latihan relaksasi
Relaksasi
menghasilkan efek fisiologis yang berlawanan dengan kecemasan yaitu kecepatan
denyut jantung yang lambat, peningkatan aliran darah perifer, dan stabilitas
neuromuscular. Berbagai metode relaksasi telah dikembangkan, walaupun beberapa
diantaranya, seperti yoga dan zen, telah dikenal selama berabad-abad.
Sebagian besar
metode untuk mencapai relaksasi didasarkan pada metode yang dinamakan relaksasi
progresif. Pasien merelaksasikan kelompok otot-otot besarnya dalam urutan yang
tertentu, dimulai dengan kelompok otot kecil di kaki dan menuju ke atas atau
sebaliknya. Beberapa klinisi menggunakan hypnosis untuk mempermudah relaksasi
atau menggunakan tape recorder untuk memungkinkan pasien mempraktekkan
relaksasi sendiri.
Khayalan mental
atau mental imagery adalah metode relaksasi dimana pasien diinstruksikan untuk
mengkhayalkan diri sendiri di dalam tempat yang berhubungan dengan rasa relaksasi
yang menyenangkan. Khayalan tersebut memungkinkan pasien memasuki keadaan atau
pengalaman relaksasi seperti yang dinamakan oleh Benson, respon relaksasi.
6.
Observational learning, Juga
dikenal sebagai: monkey see monkey do. Ada 4 proses utama observasi
pembelajaran.
- Attention to the model.
- Retention of details (observer harus mampu mengingat kebiasaan model)
- Motor reproduction (observer mampu menirukan aksi)
- Motivation and opportunity (observer harus termotivasi melakukan apa yang telah diobservasi dan diingat dan harus berkesempatan melakukannya).
- reinforcement. Punishment may discourage repetition of the behaviour
7.Latihan
Asertif
Tehnik latihan
asertif membantu klien yang:
- Tidak mampu mengungkapkan ‘’emosi’’ baik berupa mengungkapkan rasa marah atau perasaan tersinggung.
- Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya,
- Klien yang sulit menyatakan penolakan, mengucapkan kata “Tidak”.
- Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri.
Prosedur:
Latihan asertif
menggunakan prosedur-prosedur permainan peran.
Misalnya,
klien mengeluh bahwa dia acap kali merasa ditekan oleh atasannya untuk
melakukan hal-hal yang rnenurut penilaiannya buruk dan merugikan serta
mengalami hambatan untuk bersikap tegas di hadapan atasannya itu.
Cara
Terapinya:
Pertama-tama
klien memainkan peran sebagai atasan, memberi contoh bagi terapis, sementara
terapis mencontoh cara berpikir dan cara klien menghadapi atasan. Kemudian,
mereka saling menukar peran sambil klien mencoba tingkah laku baru dan terapis
memainkan peran sebagai atasan. Klien boleh memberikan pengarahan kepada
terapis tentang bagaimana memainkan peran sebagai atasannya secara realistis,
sebaliknya terapis melatih klien bagaimana bersikap tegas terhadap atasan.
8. Terapi Aversi
Teknik-teknik
pengondisian aversi, yang telah digunakan secara luas untuk meredakan
gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah
laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang
tidak diinginkan terhambat/hilang.
Terapi ini
mencakup gangguan, kecanduan Alkohol, Napza, Kompulsif, Fetihisme, Homoseksual,
Pedhophilia, Judi, Penyimpangan seksual lainnya.
Teknik-teknik
aversi adalah metode-metode yang paling kontroversi, misalnya memberikan
kejutan listrik pada anak anak autis bila muncul tingkah laku yang tidak
diinginkan.
Efek-efek
samping:
- Emosional tambahan seperti tingkah laku yang tidak diinginkan yang dihukum boleh jadi akan ditekan hanya apabila penghukum hadir.
- Jika tidak ada tingkah laku yang menjadi alternatif bagi tingkah laku yang dihukum, maka individu ada kemungkinan menarik diri secara berlebihan,
- Pengaruh hukuman boleh jadi digeneralisasikan kepada tingkah laku lain yang berkaitan dengan tingkah laku yang dihukum, Mis; Seorang anak yang dihukum karena kegagalannya di sekolah boleh jadi akan membenci semua pelajaran, sekolah, semua guru, dan barangkali bahkan membenci belajar pada umumnya,
9. Pengondisian operan
Tingkah laku
operan adalah tingkah laku yang memancar yang menjadi ciri organisme aktif. Ia
adalah tingkah laku beroperasi di lingkungan untuk menghasilkan akibat-akibat.
Tingkah laku operan merupakan tingkah laku paling berarti dalam kehidupan
sehari-hari, yang mencakup membaca, berbicara, berpakaian, makan dengan
alat-alat makan, bermain, dsb.
Menurut Skinner
(1971) jika suatu tingkah laku diganjar maka probabilitas kemunculan kembali
tingkah laku tersebut di masa mendatang akan tinggi. Prinsip penguatan yang
menerangkan pembentukan, memelihara, atau penghapusan pola-pola tingkah laku,
merupakan inti dari pengondisian operan. Berikut ini uraian ringkas dari
metode-metode pengondisian operan yang mencakup: perkuatan positif, pembentukan
respons, perkuatan intermiten, penghapusan, pencontohan, dan token economy.
- Perkuatan positif, adalah pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Cara ini ampuh untuk mengubah tingkah laku. Pemerkuat-pemerkuat, baik primer maupun sekunder, diberikan untuk rentang tingkah laku yang luas. Pemerkuat-pemerkuat primer memuaskan kebutuhan-kebutuhan fisiologis. Contoh pemerkuat primer adalah makanan dan tidur atau istirahat. Pemerkuat-pemerkuat sekunder, yang memuaskan kebutuhan kebutuhan psikologis dan sosial, memiliki nilai karena berasosiasi dengan pernerkuat-pemerkuat primer.
- Pembentukan Respon, adalah tingkah laku yang sekarang secara bertahap diubah dengan memperkuat unsur-unsur kecil dari tingkah laku baru yang diinginkan secara berturut-turut sampai mendekati tingkah laku akhir. Pembentukan respons berwujud pengembangan suatu respons yang pada mulanya tidak terdapat dalam perbendaharaan tingkah laku individu. Perkuatan sering digunakan dalam proses pembentukan respons ini. jadi, misalnya, jika seorang guru ingin membentuk tingkah laku kooperatif sebagai ganti tingkah laku kompetitif, dia bisa memberikan perhatian dan persetujuan kepada tingkah laku yang diinginkannya itu. Pada anak autistik yang tingkah laku motorik, verbal, emosional, dan sosialnya kurang adaptif, terapis bisa membentuk tingkah laku yang lebih adaptif dengan memberikan pemerkuat-pemerkuat primer maupun sekunder.
- Perkuatan intermiten, diberikan secara bervariasi kepada tingkah laku yang spesifik. Tingkah laku yang dikondisikan oleh perkuatan intermiten pada umumnya lebih tahan terhadap penghapusan dibanding dengan tingkah laku yang dikondisikan melalui pemberian perkuatan yang terus-menerus. Dalam menerapkan pemberian perkuatan pada pengubahan tingkah laku, pada tahap-tahap permulaan terapis harus mengganjar setiap terjadi munculnya tingkah laku yang diinginkan, sesegera mungkin saat tingkah laku yang diinginkan muncul. Dengan cara ini, penerima perkuatan akan belajar, tingkah laku spesifik apa yang diganjar. Bagaimanapun, setelah tingkah laku yang diinginkan itu meningkat frekuensi kemunculannya, frekuensi pemberian perkuatan bisa dikurangi.
- Penghapusan, adalah dengan landadsan bahwa apabila suatu respons terus-menerus dibuat tanpa perkuatan, maka respons tersebut cenderung menghilang. Dengan demikian, karena pola-pola tingkah laku yang dipelajari cenderung melemah dan terhapus setelah suatu periode, cara untuk menghapus tingkah laku yang maladaptif adalah menarik perkuatan dari tingkah laku yang maladaptif itu. Penghapusan dalam kasus semacam ini boleh jadi berlangsung lambat karena tingkah laku yang akan dihapus telah dipelihara oleh perkuatan intermiten dalam jangka waktu lama. Wolpe (1969) menekankan bahwa penghentian pemberian perkuatan harus serentak dan penuh. Misalnya, jika seorang anak menunjukkan kebandelan di rumah dan di sekolah, orang tua dan guru si anak bisa menghindari pemberian perhatian sebagai cara untuk menghapus kebandelan anak tersebut. Pada saat yang sama perkuatan positif bisa diberikan kepada si anak agar belaj.u tingkah laku yang diinginkan.
- Modeling, metodenya dengan mengamati seorang kemudian mencontohkan tingkah laku sang model. Bandura(1969), menyatakan bahwa belajar yang bisa diperoleh melalui pengalaman langsung, bisa juga diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensi-konsekuensinya. Jadi, kecakapan-kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model-model yang ada. Juga reaksi-reaksi emosional yang terganggu yang dimiliki seseorang bisa dihapus dengan cara orang itu mengamati orang lain yang mendekati objek-objek atau situasi-situasi yang ditakuti tanpa mengalami akibat-akibat yang menakutkan dengan tindakan yang dilakukannya. Pengendalian diri pun bisa dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai hukuman. Status dan kehormatan model amat berarti dan orang-orang pada umumnya dipengaruhi oleh tingkah laku model-model yang menempati status yang tinggi dan terhormat di mata mereka sebagai pengamat.
- Token Ekonomi, metode token economy dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan pemerkuat-pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh. Dalam token economy, tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan perkuatan-perkuatan yang bisa diraba (tanda-tanda seperti kepingan logam) yang nantinya bisa ditukar dengan objek-objek atau hak istimewa yang diingini. Metode taken economy sangat mirip dengan yang dijumpai dalam kehidupan nyata, misalnya, para pekerja dibayar untuk hasil pekerjaan mereka.
Hasil
Terapi Perilaku
Terapi perilaku
telah berhasil dalam berbagai gangguan dan mudah diajarkan. Cara ini memakan
waktu yang lebih sedikit dibandingkan terapi lain dan lebih murah digunakan.
Keterbatasan metode adalah bahwa cara ini berguna untuk gejala perilaku yang
terbatas, bukannya disfungsi global (sebagai contohnya, konflik neurotic,
gangguan kepribadian). Ahli teori yang berorientasi analitik telah mengkritik
terapi perilaku dengan mengatakan bahwa menghilangkan gejala sederhana dapat
menyebabkan gejala pengganti. Dengan kata lain, jika gejala tidak dipandang
sebagai akibat dari konflik dalam diri ( inner conflict ) dan jika penyebb inti
dari gejala tidak di jawab atau di ubah, hasilnya adalah timbulnya gejala baru.
Satu interpretasi terapi perilaku dicontohkan oleh pernyataan controversial
dari Eysenck: “ teori belajar tentang gejala neurotic adalah semata – mata
kebiasaan yang dipelajari; tidak terdapat neurosis yang mendasari gejala,
tetapi semata- mata gejala itu sendiri. Sembuhkan gejalanya dan anda telah
menghilangkan neurosis.” Beberapa ahli terapi percaya bahwa terapi perilaku
adalah pendekatan yang terlalu disederhanakan kepada psikopatologi dan interaksi
kompleks antara ahli terapi dan pasien. Substitusi gejala mungkin tidak dapat
dihindari, tetapi kemungkinannya adalah suatu pertimbangan penting dalam
menilai kemanjuran terapi perilaku.
Seperti pada
bentuk terapi lainnya, suatu pemeriksaan masalah, motivasi dan kekuatan
psikologis pasien harus dilakukan sebelum menerapkan pendekatan terapi
perilaku.
Reference:
- Gerald Corey, Konseling dan Psikoterapi, Refika Aditama, 2009, Bandung
- Michel Hersen, Encyclopedia of Psychotherapy, Pacific University, Forest Grove, Oregon. AP.
- Windy Dryden, Developments in Psychotherapy, SAGE Publications Ltd, 2006, London.
- John and Rita Sommers, Counseling and Psychotherapy theories in context and practice, John Wiley & Sons, Inc, 2004, New Jersey.
- http://loveandcare-lovencare.blogspot.com/2011/05/psikoterapi-terapi-perilaku-behaviour.html